Usai acara HUT ABRI 5 Oktober 1997 lalu, Pak Domo mendatangi seniornya, Pak Nas dan Pak Harto untuk memberi ucapan selamat atas penganugerahan tanda pangkat jendral bintang lima kepada keduanya. Dari sekadar berbasa-basi, lantas berkembanglah pembicaraan mereka ke soal masa tua dan gejala kepikunan yang mereka alami.
“Meski saya sempat dikucilkan pemerintah, alhamdullilah, fisik saya relatif masih sehat kecuali prostat dan jantung yang agak terganggu. Cuma saja setiap kali membuka lemari es, saya lupa apakah saya ingin meletakkan atau mengambil sesuatu. Setiap bangun pagi saya juga bingung apakah ini jaman Orde Baru atau masih Orde Lama,” ujar Nasution disambut tertawa berderai Pak Harto dan Pak Domo.
“Itu tak seberapa, Pak!” sambung Soedomo, “Setiap kali melihat perempuan, saya sering berpikir bahwa saya sedang berada di tangga sambil berpikir apakah saya ingin naik atau ingin turun.”
“Untunglah,” kata Soeharto, “aku belum mengalami hal-hal seperti itu dan aku siap dicalonkan jadi presiden lagi.” Soeharto lantas mengetuk-ngetukkan tongkat komando jendral bintang lima yang baru dipegangnya ke meja. “Oh,” ucap Soeharto sambil bangkit dari tempat duduknya, “Rupanya ada tamu.”