Waktu Harmoko muda dan cari pekerjaan ke Jakarta, ia mengikut tes untuk jadi wartawan “Merdeka”. Ia dipanggil masuk kedalam, orang yang mengetestnya adalah Rosihan, temannya. Harmoko lega. Jam itu adalah jam tes kemampuan berhitung. Karena ini test psikologi, pertanyaannya agak aneh.
Pertanyaan pertama, “Apa yang terbuat dari karet, berbentuk seperti bakiak, dan dipakai di kaki kiri ketika orang di kamar mandi?,’ Harmoko bingung. Melihat itu Rosihan membisikinya, “Sebuah sandal jepit.”
Pertanyaan ke dua, “Apa yang terbuat dari karet, berbentuk seperti bakiak, dan dipakai di kaki kiri serta di kaki kanan ketika orang di kamar mandi?” Harmoko kembali bingung. Rosihan kembali membisikinya, “Sepasang sandal jepit.”
Test kemampuan berhitung hari itu selesai. Besoknya Harmoko disuruh datang lagi. Ia masuk ke ruang ujian, tapi kali ini kecewa, karena yang menunggui test hari ini bukan Rosihan lagi, melainkan seseorang yang ia tidak kenal. Dengan agak dag-dig-dug, Harmoko duduk. Hari ini test pengetahuan umum.
Pertanyaan: Apa yang terletak di Mekah yang menjadi tanda arah bagi ummat Islam waktu bersembahyang?”
Kali ini Harmoko tersenyum. Ia sudah tahu jawabnya, “Tiga buah sandal jepit.”