Pada musim kampanye Pemilu 97, Harmoko yang baru saja kampanye keliling pulang ke rumah setelah larut malam. Sambil melepas sepatu dan merebahkan diri ke ranjang, Harmoko berkata, “Wah, capeknya. Hari ıni benarbenar mengerikan.”
“Saya pun merasa begitu,” ujar istri Harmoko, “Seingat saya, saya belum pernah merasa secapek ini.”
“Kau capek?” tanya Harmoko, “Kan saya yang berpidato terus-terusan?
Mengapa kamu juga ikut capek?”
“Sebab,” ujar istrinya, “Saya terpaksa harus mendengarkan semua pidatomu itu.”